Sabtu, 09 Februari 2019


PEREMPUAN RENTAN TERKENA HIPERTENSI PARU

Perempuan rentan terkena HIPERTENSI paru jika terlambat di tangani itu mengancam keselamatan jiwa penderita, terutama ibu hamil dan bayi yang di kandung. Namun penyakit itu kerap tak terdiagnosis karena gejalanya menyerupai penyakit lain maka berhati-hatilah dalam pergaulan.
HEPERTENSI paru ialah jenis tekanan darah tinggi di Arteri paru saluran penghubung sisi kanan jantung ke paru, HEPERTENSI paru terjadi saat arteri paru dan kapiler menyempit sehingga darah sulit mengalir lewat paru-paru, akibatnya bagian kanan jantung meningkat tekanan demi memompa darah ke paru-paru sehingga jantung melemah.
Penulis minta penjelasan RSU Pusat SARJITO Yogyakarta dengan Dr. Spesialis jantung, Dr. Lucia Krisdinarti, (16-4-19) saat di RSCM jakarta apa penyebabnya Hipertensi paru-paru lebih banyak menyerang perempuan, Karena lebih dari 25 juta kasus Hipertensi paru di dunia Prevalensi 5-10 pasien per 100.000 jiwa 50 persennya tidak mau berobat hingga meninggal dunia kurang dari dua tahun, karena perempuan beresiko dua kali lebih tinggi kena Hipertensi paru ketumbang pria ujarnya.
Menurut data RSUP Sarjito, sejak juli 2012 – desember 2015 jumlah kasus hipertensi paru 336 orang 80 persennya perempuan, Hipertensi paru akibat penyakit lain, seperti jantung bawaan dan paru-paru. Perempuan yang baru menikah dan mempunyai Hipertensi paru tak boleh hamil karena beresiko tinggi pada kehamilan bahkan memicu kematian ibu dan anak.
Namun pasien Hipertensi paru umumnya berobat di usia di atas 18 tahun dengan gejala sesak nafas, bibir membiru, mudah lelah dan kerap pingsan dan kaki bengkak, banyak pasien tidak terdiagnosa karena gejalanya mirip asma, paru kronis dan bronketis, kembali penulis menemui ketua Yayasan Hipertensi Paru Indonesia Indriani Ginoto penanganan pasien melalui operasi Intervensi Non Bedah, obat hingga cangkok ogan paru, biaya obat penyakit iru sekitar Rp. 3,6 Juta per hari, stok obat hipertensi paru di Indonesia minim dari 14 jenis obat Hipertensi paru, tetapi baru 4 jenis obat yang masuk Indonesia, akibatnya bagi pasien yang mampu (Kaya) terpaksa membeli obat penyakit itu dari luar negeri, yang tidak mampu tinggal pasrah kepada Alloh SWT, tetapi yang terpenting tetap berusaha dan berdo’a.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar