PEREMPUAN RENTAN TERKENA
HIPERTENSI PARU
Perempuan rentan
terkena HIPERTENSI paru jika terlambat di tangani itu mengancam keselamatan
jiwa penderita, terutama ibu hamil dan bayi yang di kandung. Namun penyakit itu
kerap tak terdiagnosis karena gejalanya menyerupai penyakit lain maka
berhati-hatilah dalam pergaulan.
HEPERTENSI paru
ialah jenis tekanan darah tinggi di Arteri paru saluran penghubung sisi kanan
jantung ke paru, HEPERTENSI paru terjadi saat arteri paru dan kapiler menyempit
sehingga darah sulit mengalir lewat paru-paru, akibatnya bagian kanan jantung
meningkat tekanan demi memompa darah ke paru-paru sehingga jantung melemah.
Penulis minta
penjelasan RSU Pusat SARJITO Yogyakarta dengan Dr. Spesialis jantung, Dr. Lucia
Krisdinarti, (16-4-19) saat di RSCM jakarta apa penyebabnya Hipertensi
paru-paru lebih banyak menyerang perempuan, Karena lebih dari 25 juta kasus
Hipertensi paru di dunia Prevalensi 5-10 pasien per 100.000 jiwa 50 persennya
tidak mau berobat hingga meninggal dunia kurang dari dua tahun, karena
perempuan beresiko dua kali lebih tinggi kena Hipertensi paru ketumbang pria
ujarnya.
Menurut data RSUP
Sarjito, sejak juli 2012 – desember 2015 jumlah kasus hipertensi paru 336 orang
80 persennya perempuan, Hipertensi paru akibat penyakit lain, seperti jantung
bawaan dan paru-paru. Perempuan yang baru menikah dan mempunyai Hipertensi paru
tak boleh hamil karena beresiko tinggi pada kehamilan bahkan memicu kematian
ibu dan anak.
Namun pasien
Hipertensi paru umumnya berobat di usia di atas 18 tahun dengan gejala sesak
nafas, bibir membiru, mudah lelah dan kerap pingsan dan kaki bengkak, banyak
pasien tidak terdiagnosa karena gejalanya mirip asma, paru kronis dan
bronketis, kembali penulis menemui ketua Yayasan Hipertensi Paru Indonesia
Indriani Ginoto penanganan pasien melalui operasi Intervensi Non Bedah, obat
hingga cangkok ogan paru, biaya obat penyakit iru sekitar Rp. 3,6 Juta per
hari, stok obat hipertensi paru di Indonesia minim dari 14 jenis obat
Hipertensi paru, tetapi baru 4 jenis obat yang masuk Indonesia, akibatnya bagi
pasien yang mampu (Kaya) terpaksa membeli obat penyakit itu dari luar negeri,
yang tidak mampu tinggal pasrah kepada Alloh SWT, tetapi yang terpenting tetap
berusaha dan berdo’a.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar