Selasa, 17 Oktober 2017

makalah tentang evaluasi pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Dewasa ini, pendidikan dijadikan ujung tombak kemajuan suatu negara. Pendidikan dipandang mampu jadi pemecah atas masalah-masalah sosial yang ada. Sejauh ini, pendidikan di negara kita masih semrawut, terutama soal pengaturan kurikulum. Kritik terhadap kurikulum kita saat ini ialah kurang tepatnya kurikulum dengan mata pelajaran yang terlalu banyak, dan tidak berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan. Dan yang paling parah pada setiap sistem pendidikan kita yaitu kurangnya evaluasi yang efektif. 

Untuk mengetahui proses pendidikan telah berjalan sesuai program, serta telah mencapai tujuan secara efisien dan efektif, atau proses pendidikan tersebut tidak berjalan sesuai program dan tidak mencapai tujuan yang diharapkan, maka untuk mengetahui hal tersebut diperlukan kegiatan yang disebut evaluasi. Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria yang merupakan kegiatan berkesinambungan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan evaluasi pendidikan.

Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan selama ini dirasakan belum memberikan distribusi yang cukup untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini disebabkan oleh sistem evaluasi yang digunakan belum tepat atau pelaksanaan evaluasi belum seperti yang diharapkan, oleh karena itu perlu dilakukan inovasi terhadap sistem evaluasi pendidikan ke arah yang lebih baik, agar dapat mengukur semua kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tanpa hanya mengukur ranah kognitifnya saja. Dengan sistem evaluasi yang baik maka akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik dengan tujuan akhir meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia pada umumnya, seperti yang diamanahkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan tujuan pendidikan nasional. 

Dengan demikian kita mengetahui kebaikan dan kekurangan usaha kita yang memperkaya pengalaman kita sebagai calon pengajar yang dapat kita gunakan untuk masa-masa mendatang dengan anggapan bahwa keberhasilan sekarang juga akan memberi hasil yang baik di kemudian hari.

B.    RUMUSAN MASALAH

1.  Apakah karakteristik dan fungsi evalusai pendidikan ?
      2.  Apakah prinsip-prinsip evaluasi pendidikan ?
3.  Terdidri dari apa saja cakupan evaluasi pendidikan ?
4.  Apa implikasi evaluasi pendidikan bagi dunia pendidikan dan terhadap disiplin ilmu   saat  
     ini ?



























BAB II
PEMBAHASAN

A.     Karakteristik dan Fungsi Evaluasi Pendidikan
Kegiatan evaluasi dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa karakteristik penting, diantaranya sebagai berikut.

1.      Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi.
Hal ini terjadi misalnya seorang guru melakukan penilaian terhadap kemampuan yang tidak tampak dari siswa. Apa yang dilakukan adalah ia lebih banyak menafsir melalui beberapa aspek penting yang diizinkan seperti melalui penampilan, ketrampilan atau reaksi mereka terhadap sesuatu stimulus yang diberikan secara terrencana.

2.      Lebih bersifat tidak lengkap.
Dikarenakan evaluasi tidak dilakukan secara kontinkontinu maka hanya merupakan sebagian fenomena saja. Atau dengan kata lain, apa yang dievaluasi hanya sesuai dengan pertanyaan item yang direncanakan oleh seorang guru. 

3.      Mempunyai sifat kebermaknaan relative.
Ini berarti, hasil penilaian tergantung pada pokok ukur yang digunakan oleh guru. Disamping itu, evaluasi pun tergantung dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan. Sebagai contoh, jika kita mengukur objek dengan penggaris yang mempunyai ketelitian setengah mili meter akan diperoleh hasil pengukuran yang kasar. Sebaliknya, jika seeorang guru mengukur dengan menggunakan alat mikro meter yang biasanya mempunyai ketelitian 0.2 milimeter maka hasil pegukuran hasil pengukuran yang dilakukan akan memperoleh hasil ukur yang lebih teliti.

Disamping karakteristik, evaluasi juga mempunyai fungsi yang bervariasi didalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut.

1.     Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.
2.     Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.
3.     Mengetahui tingkat ketercapaian  siswa dalam kegiatan belajar.
4.      Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5.      Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
6.      Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.

Demikian bervariasinya fungsi evaluasi, maka sangat penting bagi para guru agar ketika merencanakan kegiatan evaluasi, sebaiknya perlu mempertimbangkan lebih dulu fungsi dan kerakteristik evaluasi yang manakah yang hendak dibuat untuk para siswa.
Evaluasi juga mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:
1.    Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahua, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.
2.     Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.
3.     Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
4.     Sebagai sarana umpan balik seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5.     Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
6.     Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.

Suharsimi Arikunto merumuskan fungsi yang lebih spesifik antara lain :

1.               Berfungsi selektif, dengan cara mengadakan penilaian guru untukmengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Dengan
penilaianitu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:
a.     Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu
b.     Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
c.      Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
d.     Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.

2.      Berfungsi diagnostik, apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukupmemenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu diketahui pula sebabmusababnya  kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian,sebenarnya guru  mengadakan diagnosa kepada siswa tentangkebaikan dan kelemahannya.

3. Berfungsi sebagai penempatan. Untuk dapat menentukan dengan pasti bahwa seorang siswa harus ditempatkan pada kelompok tertentu, makadigunakanlah suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasilpenilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalambelajar.

4. Berfungsi sebagai pengukur keberhasilan, yakni untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.

B.    PRINSIP-PRINSIP EVALUASI PENDIDIKAN
Prinsip-prinsip Evaluasi menurut Rubiyanto, Rubini, dan Sri Hartini Mwnurut Rubiyanto (2005:12) evaluasi memiliki beberapa prinsip, di antaranya adalah sebagai berikut:

1.      Prinsip totalitas, keseluruhan, atau komprehensif.
Evaluasi hasil belajar harus dilakukan untuk menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku peserta didik secara menyeluruh. Artinya, evaluasi mempu mengungkapkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

2.      Prinsip kesinambungan
Evaluasi yang baik dilakukan secara teratur, berkesinambungan dari waktu ke waktu, terencana dan terjadwal. Evaluasi yang demikian akan menggambarkan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu.

3.      Prinsip Objektivitas
Evaluasi yang baik harus terlepas dari kepentingan subyek. Hasil evaluasi tersebut harus menggambarkan kondisi peserta didik secara obyektif.

C.    CAKUPAN EVALUASI PENDIDIKAN
Secara garis besar evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam luasan, yaitu pencapaian akademik, kecakapan (aptitude), dan penyesuaian personal sosial.

1.      Cakupan Pencapaian Akademik
Cakupan yang paling penting dari evaluasi pembelajaran dan banyak dipahami pemanfaatannya oleh para guru adalah evaluasi sebagai usaha eksplorasi informasi tentang pencapaian akademik. Secara devinitif pencapaian akademik diartikan sebagai pencapaian siswa dalam semua cakupan mata pelajaran. 

Evaluasi pencapaian akademik, mencangkup semua instrument evaluasi yang direncanakan secara sistematis guna menentukan derajat dimana seorang siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya oleh para guru. Dengan batasan pengertian ini, evaluasi pencapaian akademik cangkupan kegiatannya antara lain tespaper pen, tes penampilan, dan prosedur nontesting lainnya yang mengukur semacam perubahan tepat dari perilaku siswa. Evaluasi pencapaian akademik ini merupakan cakupan yang paling luas dan bervariasi sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

Dilihat dari aspek guru, pencapaian akademik juga tidak kalah penting manfaatnya, jika disbanding manfaatnya bagi siswa yang dievaluasi. Dengan evaluasi pencapaian akademik tersebut, seorang guru dapat melihat apakah proses pengajaran yang telah diterapkan pada peserta didik dapat berhasil atau tidak. Jika kurang berhasil seorang guru perlu memperbaiki cara penyampaiannya, dan sebaliknya jika sudah tercapai ia juga dianjurkan untuk tetap menjaga atau terus meningkatkan kualitas penyampaian materinya kepada siswa.

2.      Cakupan Evaluasi Kecakapan atau Kepandaian
Secara devinitif evaluasi kecakapan (aptitude) tidak lain adalah mencari informasi yang berkaitan erat dengan kemampuan atau kapasitas belajar peserta didik yang dievaluasi. Insrtumen evaluasi kecakapan yang diperoleh dari siswa dapat digunakan oleh para guru untuk memprediksi prospek keberhasilan siswa dimasa yang akan dating, jika ia belajar secara intensif dengan fasilitas pembelajaran yang baik. Kecakapan siswa pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu general aptitude (kecakpan umum), dan specific aptitude (kecakapan spesifik). Kedua kecakapan ini telah lama menjadi focus testing dalam mengevaluasi siswa yang hendak dievaluasi (evaluand). Beberapa evaluasi yang termasuk evaluasi kecakapan umum diantaranya yang paling luas diterapkan di bidang pendidikan adalah tes inteligensi, dengan menggunakan instrument paper-pen dan tes kecakapan artistic (an art aptitude test) sebagai tes kecakapan spesifik.

Evaluasi kecakapan siswa dan evaluasi pencapaian hasil belajar pada prinsipnya adalah berbeda. Jika evaluasi kecakapan seorang guru atau evaluator kemudian berusaha untuk memprediksi prospek kemampuan mereka ke depan, evaluasi pencapaian akademik guru akan mengukur pencapaian hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

Itu semua dengan asumsi bahwa para siswa tersebut mendapat pendidikan atau diklat yang sesuai dengan kemampuan dan dilakukan dengan baik. Perbedaan lain dari evaluasi kecakapan dan pencapaian hasil belajar dari sejak disekolah dasar sampai jenjang sekarang, misalnya sekolah menengah atas dalam bidang studi yang sama. Mental ability dibangun untuk menemukan evaluasi kecakapan sekitar evaluasi inteligensi umum.

3.      Cakupan Evaluasi Penyesuaian Personal Sosial
              Cakupan lain yang juga perlu diketahui oleh seorang guru terhadap para siswanya adalah evaluasi yang berkaitan erat dengan tingkat adaptasi atau penyesuaian siswa secara personalitas atau secara bersama dengan teman atau di sekolah. Evaluasi penyesuaian personal social tidak sama dengan evaluasi pribadi siswa. Personalitas dapat  dimaknai lebih luas. Personalitas dalam hal ini merupakan keseluruhan (entity) dari siswa. Personalitas merupakan semua karakteristik psikologi yang dimiliki siswa dan hubungannya dengan siswa lain. 

              Cakupan evaluasi penyesuaian atau adaptasi personal social ini diantaranya kemampuan, emosi, sikap dan minat siswa yang dimiliki sebagai pengalaman lalu dari siswa tersebut. Evaluasi personalitas sebenarnya termasuk juga didalamnya, evaluasi akademik dan evaluasi kecakapan. Sebaliknya evaluasi adaptasi personal social juga menggunakan teknik yang bermacam-macam, diantaranya berisi teknik evaluasi dengan menggunakan tes seperti testing sikap, testing interes, kematangan social, kemampuan kerjasama (cooperativeness), skala rerata diri dan inventori dengan paper-pencil.

              Teknik proyeksi baku (standardized projective techniques) juga termasuk dalam cakupan evaluasi penyesuaian personal social, walaupun demikian beberapa ahli pendidikan ada yang memasukkan teknik proyeksi baku tersebut kedalam cakupan sabagai instrument evaluasi klinis.

              Evaluasi penyesuaian personal ini memiliki manfaat yang besar bagi seorang guru, khususnya untuk mengetahui secara intensif tingkat adaptasi para siswanya. Namun, tidak sedikit pula para ahli evaluasi pendidikan yang mengatakan bahwa evaluasi penyesuaian personal social kurang berhasil disbanding kedua evluasi tersebut diatas. Walaupun demikian, sebaiknya para guru tetap memahami dan menguasai evaluasi ini, karena manfaatnya dalam mengungkapkan potensi siswa pada umumnya dalam berhubungan dengan sesame siswa dikelas maupun disekolah, juga penting peranannya sebagai usaha yang terencana dalam mengubah perilaku siswa.

              Lepas dari keberhasilan dan kegagalan disbanding jenis evluasi lainnya, evaluasi penyelesaian personal social termasuk diantaranya paper-pencil misalnya angket dengan piulihan ganda. Angket dengan dua jawaban; ya-tidak, setuju-tidak, atau pasti tidakyang berusaha mengungkap diri siswa adalah banyak digunakan dalam evaluasi penyesuaian personal social.

D.    IMPLIKASI EVALUASI PENDIDIKAN
1.      Implikasi Teori Belajar Terhadap Konsep Evaluasi Pendidikan

a.     Behaviorisme 

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yaitu berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Hasil belajar adalah hal yang sangat menentukan apakah seseorang dikatakan berhasil atau malah sebaliknya yaitu gagal. 

Hal ini tanpa melihat proses untuk memperoleh hasil belajar itu sendiri. Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley & Davies, 1978 dalam Toeti, 1997):

1)     Proses belajar (KBM) dapat berhasil dengan baik apabila si pelajar ikut berpartisipasi secara aktif didalamnya
2)     Materi pelajaran (KBM) dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga si pebelajar mudah mempelajarinya
3)     Tiap-tiap respon (kompetensi) perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si pebelajar dapat mengetahui apakah respon yang diberikan telah benar atau belum
4)     Setiap kali si pebelajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan negative (evaluasi)

Oleh karena teori behavioristik memahami bahwa seseorang dikatakan belajar apabila mengalami perubahan tingkah laku, maka evaluasi dapat dilakukan dengan cara melihat perubahan tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa. Apabila perubahan tingkah lakunya besar (menunjukkan hasil belajar yang baik) maka dikatakan bahwa siswa tersebut berhasil, akan tetapi apabila perubahan tingkah laku yang ditunjukkan siswa sedikit (hasil belajar tidak sesuai dengan target) maka dikatakan suatu kesalahan. Dengan demikian apabila hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan maka guru akan mengadakan evaluasi terhadap masukan (stimulus) agar respon yang diberikan siswa lebih baik (tanpa mempertimbangkan proses belajar).

Evalusi menuntut satu jawaban benar. Jawaban benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi juga dipandang sebagai bagian terpisah dari kegiatan pembelajaran, biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan belajar dengan menekankan pada evaluasi individu.

Kelebihan dari teori ini adalah siswa dituntut untuk berusaha mencapai target yang ditentukan (kurikulum, nilai, dan sebagainya), dengan konsekuensi apabila target terpenuhi maka dikatakan berhasil dan patut mendapatkan hadiah sedangkan bila target tidak terpenuhi maka siswa dikatakan gagal dan patut mendapat hukuman.

b.     Kognitivisme

Dalam teori kognitivisme, belajar merupakan keterlibatan penguasaan atau penataan kembali struktur kognitif dimana seseorang memproses dan menyimpan informasi. Belajar juga merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek kejiwaan lainnya dimana pengetahuan yang diterima disesuaikan dengan struktur kogniitf yang sudah dimiliki seseorang berdasarkan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar.

Dengan memahami konsep belajar demikian, maka evaluasi yang dilakukan pun berbeda dengan behaviorisme. Dalam behavioristme evaluasi dilakukan setelah pembelajaran selesai dan bersifat individu, namun dalam kognitivisme ini evaluasi dilakukan tidak harus menunggu materi pembelajaran selesai dengan kata lain ditengah-tengah kegiatan pembelajaran guru sudah bisa melakukan proses evaluasi. Jawaban yang dibutuhkan pun tidak terbatas pada satu jawaban pasti akan tetapi siswa dapat lebih kreatif menjabarkan pengetahuan yang dimilikinya selama ini.

c.      Konstruktivisme
Evaluasi pada teori konstruktivisme ini digunakan untuk menggali munculnya berfikir divergent, pemecahan ganda, dan bukan hanya satu jawaban yang benar. Selain itu evaluasi disini juga merupakan bagian utuh dari pembelajaran dengan cara memberikan tugas-tugas yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari yang menekankan pada keterampilan proses.

Evaluasi yang dilakukan hamper sama dengan teori kognitivisme. Ditengah-tengah proses pembelajaran guru bisa mengajukan pertanyaan untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Berbagai macam metode dapat diterapkan oleh guru, antara lain: Tanya jawab, penyelidikan/menemukan, dan komunitas belajar. 

Kegiatan bertanya sangat berguna dalam pembelajaran yang produktif seperti dikemukakan Nurhadi (2003: 14) berikut ini: 

1)     menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
2)     mengecek pemahaman siswa
3)     membangkitkan respon kepada siswa
4)     mengetahui sejauh mana keinginan siswa
5)     mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
6)     memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
7)     membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
8)     menyegarkan kembali pengetahuan siswa 

Sesuai dengan peranan guru dalam teori konstruktivisme ini adalah guru sebagai fasilitator sehingga guru tidak selalu memberikan materi di kelas, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga dalam KBM terjadi timbal balik antara guru dengan siswa yang menyebabkan aspek penilaian guru menjadi semakin banyak dan tidak terpacu pada hasil akhir (ujian).

2.      Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar Terhadap Evaluasi Pendidikan

a.     Perhatian dan Motivasi
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan atau mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain, menentukan target atau sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.

b.     Keaktifan 
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.

c.      Keterlibatan Langsung atau Pengalaman 
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang dibeerikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. 

Bentuk perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.

d.     Pengulangan
                  Penguasaan secara penuh dari setiap langkah kemungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. Dari pemyataan inilah pengulangan masih diperlukan merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Itulah yang merupakan implikasi dari prinsip pengulangan. 

e.     Tantangan 
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses. dan mengolah pesan. Sclain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.

f.       Balikan dan Penguatan 
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor atau nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari gurulorang tua karena hasil belajar yang jelek.

g.     Perbedaan Individual 
Implikasi adanya prinsip perbedaan individual diantaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat berupa perilaku fisik maupun psikis. Untuk memperjelas implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa, anda dapat mengidentifikasi dari kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai indikatornya.







BAB III
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya dalam melakukan proses penilaian (evaluasi) guru harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian agar tujuan penilaian dapat tercapai dengan baik. Prinsip-prinsip penilaian itu antara lain: objektif, transparan, berkesinambungan, dan menyeluruh.
Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.
Implikasi ketiga teori belajar yang telah dijelaskan (behaviorisme, kognitivimse, konstruktivisme) terhadap evaluasi pendidikan adalah bahwa kurikulum yang dikembangkan hendaknya tidak terlalu ketat dalam arti dapat mengembangkan kreatifitas dan produktifitas siswa, evaluasi hendaknya tidak hanya diukur dari hasil belajar siswa (rapor) akan juga mengacu pada proses belajar dimana siswa dituntut aktif dan memiliki semangat belajar tinggi, guru hendaknya memahami karakteristik belajar siswa karena setiap siswa memiliki perbedaan dalam kecepatan menangkap ilmu pengetahuan serta memiliki caranya sendiri untuk belajar. Dengan mengetahui berbagai teori belajar diharapkan pendidikan di Indonesia dapat terus dievaluasi sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang ditentukan dengan baik.

B.    SARAN
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.



DAFTAR PUSTAKA

Prof. H. M. Sukardi, MS,Ph.D. 2009. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara
fajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/04/teori-belajar.pdf
jurnal.ump.ac.id/_berkas/jurnal/11.pdf
http://sukurudin474.blog.com/2014/03/15/makalah-%E2%80%9C-evaluasi-pendidikan-%E2%80%9C/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar