Senin, 16 Oktober 2017

makalah tentang pendekatan dan teknik bimbingan dan konseling di sekolah

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap individu memiliki berbagai masalah dalam hidup baik yang terlihat secara langsung maupun tidak. Bimbingan dan konseling memberikan sebuah upaya untuk mereka agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi, melalui cara pengembangan potensi ataupun cara lainnya.
Dalam bimbingan dan konseling memiliki beberapa ragam pendekatan dan teknik antara konselor dengan klien. Pendekatan dan teknik inilah yang dapat terlihat lebih membantu bimbingan konseling tersebut dalam upaya memecahkan masalah-masalah kliennya.
Beradasarkan latar belakang permasalahan yang sering dihadapi oleh seorang pembimbing maupun konselor, Maka penulis akan menjelaskan beberapa pendekatan dan teknik yang bisa pembimbing maupun konselor gunakan dalam menangani permasalahan – permasalahan tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah di dalam penyajianmakalah ini yaitu :
1.      Apakah pengertian bimbingan dan konseling?
2.      Pendekatan apa saja yang ada dalam bimbingan dan konseling?
3.      Teknik – teknik apa yang digunakan dalam bimbingan dan konseling?
4.      Apa manfaat pendekatan teknik bimbingan dan konseling?

C.    TujuanPenulisan
Tujuanpembuatanmakalahiniyaitu :
1.      Memahami pengertian bimbingan dan konseling.
2.      Mengetahui pendekatan dalam bimbingan dan konseling.
3.      Mengetahui teknik – teknik dalam bimbingan dan konseling.
4.      Mengetahui manfaat pendekatan teknik dalam bimbingan dan konseling.

D.    Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu dilakukan dengan mengambil referensi dari buku bimbingan dan konseling juga bersumber dari internet dengan cara browsing.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004:99).
Sedangkan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien (Prayitno, 2004:105).
Berdasarkan pengertian yang sudah dipaparkan maka bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.[[1]]

B.     PendekatanDalam Bimbingan Dan Konseling
Kata Pendekatan terdiri dari kata dasar dekat dan mendapat imbuhan Pe-an yang berarti hal, usaha atau perbuatan mendekati atau mendekatkan.[[2]] Jadi Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya.
Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan konseling ada beberapa pendekatan yang biasa digunakan.Antaralain yaitu :
1.      Pendekatan Psikologis
Sebagai mahluk yang diciptakan oleh tuhan ,anak bimbing harus dipandang menurut teori homoiestetis(mekanisme keseimbangan antara berbagai unsur potensi),yakni sebagai manusia ia harus bertumbuh dan berkembang dalam fisik dan mental dalam pola keseimbangan dan keserasian.Antara kehidupan jasmaniah dan rohaniah saling mempengaruhi satu sama lain secara seimbang dan selaras sehingga menjadikan dirinya manusia dewasa yang sehat dan sejahtera lahir dan batin. Oleh karena itu, pembimbing hendaknya melihat segi sebagai titik tolak memberikan  bantuan kepada anak bimbing.[[3]]
Jadi dengan kata lain pendekatan psikologis tersebut hendaknya ditujukan  pada usaha pengembangan individual anak bimbing kearah kesehatan rohaniah sehingga akan berakhir dengan terbentuknya keperibadian yang bulat dan sehat.Dalam kepribadian yang demikian itulah, nilai – nilai agama kita akan berkembang menjadi kekuatan pengendali terhadap segala bentuk tingkah lakunya sesari- hari, terutama terhadap dorongan nafsu rendah.
2.      Pendekatan Sosiologis
Anak bimbing bukan saja sebagai mahluk individual yang harus dibimbing agar menjadi manusia yang sadar akan kemampuan individualnya.Melainkan juga sebagai mahluk sosial yang mampu mengembangkan dirinya sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan yang sehat jasmani dan rohani. Sebagai mahluk yang bermasyarakat atau (homososius).][4]]
Suatu tuntutan sosial untuk hidup diatas rasa solidaritas sosial, tanggung jawab sosial, dan rasa ikut bertanggung jawab terhadap baik buruk, maju mundurnya hidup bermasyarakat adalah menjadi faktor motivasi dalam kegiatan bimbingan dan konsling karena dengan demikian maka proses sosialisasi anak bimbing yang dilandasi nilai-nilai keimanan dan takwa, akan mampu membentuk sikap dan mental.
3.      Pendekatan Kependidikan (Paedagogis)
Sistem pendekatan kependidikan (Paedagogis) yang memandang manusia sebagai mahluk yang harus di didik (homo endocandum). Karena potensi kejiwaan yang memiliki kemungkinan berkembang kearah kematangan perlu pendidikan yang tepat.Tanpa di bimbing, potensi kejiwaan tersebut tidak akan sampai pada titik optimal perkembanganya yang menguntungkan diri anak bimbing.
4.      Pendekatan Direktif
Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa manusia merupakan makhluk rasional dan memiliki potensi-potensi yang bisa dikembangkan ke arah positif atau negatif. Manusia dipandang tidak akan bisa berkembang secara otonom, melainkan butuh pertolongan orang lain agar dapat mencapai batas kemampuannya secara penuh.
Menurut pendekatan ini hakikat kecemasan seseorang adalah ketidak-pastian tentang cara menggunakan potensi-potensinya. Tujuanpendekatan konseling ini adalah menolong individu untuk secara bertahap dan pelan-pelan semakin memahami dan semakin terampil mengatur dirinya sendiri. biasanya menggunakan teknik mengubah lingkungan, memilih lingkungan, mengajarkan aneka keterampilan yang diperlukan, dan mengubah sikapdengan melakukan berbagai macam tes dan alat ukur lain.
Riwayat hidup konseli perlu diungkap agar konseling dapat dilaksanakan. Dengan cara mendiagnosis dan prognosis.Pendekatan direktif ini biasanya cocok dipakai terhadap klien-klien ‘Normal’ yang butuh pertolongan agar merasa siap menghadapi aneka tuntutan penyesuaian sebelum berkembang konflik-konflik di dalam dirinya. Dalam pendekatan ini si konselor harus berperan aktif.
5.      Pendekatan Non-Direktif
Pendekatan ini semula dikembangkan oleh Carl Rogers. Dewasa ini, pendekatan ini disebut sebagaikonseling yang berpusat pada klien.Asumsi dasar yang melandasi pendekatan ini adalah bahwa manusia pada dasarnya rasional, baik, dapat dipercaya, bergerak ke arah aktualisasi diri, sehat, realisasi diri, bebas, dan otonomi.
Permasalahan yang dihadapi dalam pendekatan ini yaitu konseli merasa cemas sebab terjadi ketidakseimbangan antara konsep dirinya dan pengalamannya. Dalam pendekatan ini, teknik konselingnya dipusatkan pada si konseli, bukan pada masalahnya. Cara konselor menanganinya yaitu dengan menunjukkan sikap-sikap kongruensi, empati, dan ketulusan tanpa syarat pada kliennya.
Seorang konselor Non-direktif bertindak sejenis katalisator. Ia berbicara sangat sedikit, sebaliknya menggunakan sebagian besar waktunya untuk mendengarkan dan menunggu. Selain itu peran konselor adalah sebagai fasilitator dan reflektor. Tugasnya adalah menolong konseli memahami dirinya, menjernihkan serta merefleksikan  kembali perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang dinyatakan konseli. Konselor berusaha menciptakan iklim di mana konseli mampu melakukan perubahan di dalam dirinya.
Adapun tujuan pendekatan Non-direktif ada beberapa macam.Yaitu:
a.    Membebaskan klien dari berbagai konflik psikologis yang dihadapinya.
b.    Menumbuhkan kepercayaan pada diri klien, bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan terbaik bagi dirinya tanpa merugikan orang lain.
c.    Memberikan kesempatan kepada klien untuk mempercayai orang lain dan siap menerima pengalaman orang lain yang bermanfaat baginya.
d.    Memberikan kesadaran kepada klien bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu lingkungan sosial budaya yang luas.
e.    Menumbuhkan keyakinan pada klien bahwa dirinya terus tumbuh dan berkembang (process of becoming).[[5]]
Dalam pendekatan ini ada beberapa kebaikan dan kelemahan. Adapun kebaikan - kebaikan pendekatan Non-Direktifakan membantu jika:
a.       Klien mengalami kesukaran emosional dan tidak dapat menganalisis secara raional dan logis.
b.      Konselor memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk menangkap penghayatan emosi dalam mengungkapkan masalah dari klien dan memantulkan kembali kepada klien dalam bahasa dan tindakan yang sesuai.
c.       Pendekatan ini sangat baik digunakan jika klien memiliki kemampuan untuk merefleksikan diri dan mengungkapkan perasaan-perasaan serta pikiran-pikirannya secara verbal. dll
Adapun kelemahan dalam pendekatan Non-Direktif yaitu meliputi :
a.       Pendekatanini menyita banyak waktu bila wawancara konseling tidak terarah.
b.      Kemampuan dan keberanian klien untuk mengungkapkan secara verbal seluruh permasalahannya sangat terbatas.
c.       Kesukaran-kesukaran klien dalam menerima dan memahami diri sendiri.
d.      Pendekatan ini menuntut sifat dan sikap kedewasaan dari klien.
e.       Kesukaran-kesukaran konselor dalam aspek klinis sering merupakan masalah, karena konselor belum terlatih dalam masalah psikologis.[[6]]
6.      Pendekatan Rasional-Emotif
Teori Konseling Rasional Emotif dalam istilah lain dikenal dengan "rasional-emotif therapy" yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis, seorang ahli Clinikal Psychology (Psikologi klinis).
Tujuan dari RET Albert Ellis pada intinya ialah untuk mengatasi pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri dan lingkungannya. Konselor berusaha agar klien makin menyadari pikiran dan ucapannya sendiri, serta mengadakan pendekatan yang tegas, melatih klien untuk bisa berpikir dan berbuat yang lebih realistis dan rasional.[[7]]
Pendekatan ini sangat ideal apabila diterapkan di sekolah.Guru melalui mata pelajaran yang diajarkan kepada siswanya secara langsung bisa mengaitkan pola bimbingan yang terpadu untuk mempengaruhi para siswanyauntuk segera meninggalkan tindakan, pikiran, dan perasaan yang tidak rasional.[[8]]
Ciri-ciri konseling Rasional-Emotif dapat diuraikan sebagai berikut :
a.    Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor berperan lebih aktif dibandingkan dengan klien.
b.    Dalam proses hubungan konseling harus diciptakan dan dipelihara hubungan baik dengan klien.
c.    Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional.
d.    Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak terlalu banyak menelusuri kehidupan masa lampau klien.
e.    Diagnosis (rumusan masalah) yang dilakukan dengan konseling rasional-emotif bertujuan untuk membuka ketidaklogisan pola pikir dari klien.
7.      Pendekatan Analisis Transaksional
Prinsip-prinsip yang dikembangkan melalui analisis transaksional diperkenalkan pertama kali pada tahun 1956 oleh Eric Berne, dan kemudian disusul dengan pembahasan yang mendalam di depan Regional Meeting of The American Group Psychotherapy Association di Los Angeles, bulan November 1957, yang berjudul: "Transactional Analysis: A New and EffectiveMethod Group Therapy".
Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Eric Berne dalam analisis transaksional adalah upaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan realistis, berkomunikasi terbuka, wajar dan pemah dalam berhubungan dengan orang lain.
Tujuan pendekatan Analisis Transaksional diantaranya yaitu :
a.    Konselormembantu klien yang mengalami kontaminasi (pencemaran) status ego yang berlebihan.
b.    Konselor berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua status egonya yang cocok.
c.    Konselor berusaha membantu klien di dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya. Pengembangan ini pada hakikatnya adalah menetapkan pikiran dan penalaran individu.
d.    Tujuan terakhir dari konseling adalah membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.[[9]]
Secara historis analisis transaksional dari Eric Berne berasal dari psikoanalisis yang dipergunakan dalam konseling atau terapi kelompok, tetapi kini telah dipergunakan pula secara meluas dalam konseling atau terapi individual.[[10]]
8.      Pendekatan Klinikal
Konseling Klinikal berkembang diawali dari konsep konseling jabatan (vocational counseling), yang menitikberatkan pada kesesuaian pendidikan dengan jabatan(vocational). Konseling jabatan pertama-tama dirintis dan diperkenalkan oleh Frank Parson (1909) yang menekankan kepada tiga aspek penting, yaitu :
a.       Pemahaman yang jelas tentang potensi-potensi yang dimiliki individu termasuk di dalamnya ialah tentang bakat, minat, kecakapan, kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahannya.
b.      Pengetahuan tentang syarat, kondisi, kesempatan dan tentang prospek dari berbagai jenis pekerjaan atau karir.
c.       Penyesuaian yang tepat antara kedua aspek tersebut.
Istilah klinikal maupun konseling klinikal merupakan kerangka acuan kerja, yang mendasarkan pada konsep bahwa konselor bukanlah semata-mata penata dan pelaksana tes, tetapi dia juga bekerja menghadapi individu sebagai pribadi seutuhnya. Jadi, ini berarti bahwa konseling klinikal didasari pada pandangan tertentu tentang hakikat manusia.[[11]]
Adapun tujuan Konseling Klinikalyaitu :
a.       Membantu siswa yang menghadapi masalah yang tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri. Dengan cara, konselor harus memahami dengan seksama seluk beluk dan liku-liku masalah yang dihadapi oleh siswa.
b.      Membantusiswa mempelajari, memahami, dan menghayati dirinya sendiri serta lingkungannya, serta melancarkan terjadinya proses pengembangan diri, pemahaman diri, perwujudan cita-cita dan penemuan identitas diri.
c.       Agarindividu mampu belajar melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya dan mampu untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Untuk mencapai tujuan ini, pola hubungan yang penuh dengan keakraban, bersahabat, perhatian, dan ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain perlu ditanamkan dalam proses hubungan konseling.[[12]]
Berdasarkan tujuan tersebut, maka ada langkah – langkah dalam pendekatan Klinikal. Diantaranya :
a.       Langkah Diagnosis I yaitu konselor berusaha mengumpulkan dari berbagai sumber dan berbagai pihak yang diduga ada relevansinya dengan masalah yang dihadapi siswa.
b.      Langkah Sintesis ialah suatu langkah untuk membuat suatu rangkuman data, sehingga tampak jelas hal-hal unik yang berhubungan dengan masalah siswa.
c.       Langkah Diagnosis II yaitu kegiatan untuk menyusun gambaran kondisi siswa. Dengan tersusunnya gambaran kondisi sehingga tampak dengan jelas masalah apa yang sedang dialami siswa dan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut.
d.      Langkah Prognosis adalah suatu usaha untuk memilih alternatif tindakan yang dapat membantu siswa dalam mengatasi sendiri masalahnya.
e.       Langkah Treatment atau penyembuhan adalah pelaksanaan pemberian bantuan kepada siswa.
f.       Langkah Follow Up (lanjutan) ialah membantu siswa melaksanakan rerncana tindakan langkah awal sampai terakhir sedangkan klien itu sendiri kelihatan aktif pada waktu terjadi hubungan wawancara konseling saja.[[13]]
C.     Teknik – Teknik Bimbingan dan Konseling
Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Bimbingan ialah mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir. Jadi, teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.
Pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan mengambil dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group guidance) dan pendekatan secara individual (Individual Guidance Counseling).
1.    Bimbingan Kelompok (Group Guidance)
Tehnik ini dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid memecahkan masalah-masalah melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota kelompok.
Tehnik ini membawa keuntungan pada diri murid. Diantaranya:
a.    Menghemat waktu dan tenaga.
b.    Menciptakan kesempatan bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan konselor, yang memungkinkan siswa lebih berkeinginan membicarakan perencaan masa depan atau masalah pribadi-social.
c.    Menyadarkan siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh teman-temannya, sehingga mereka terdorong untuk berusaha mengahadapi kenyataan itu bersama-sama dan saling mendiskusikannya.
Ada beberapa teknik dalam bimbingan kelompok, seperti:
a.       Home Room Programe
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam pelajaran.
b.      Karyawisata atau Field Trip
Kegiatan rekreasi yang dikemas denga metode mengajar untuk bimbingan kelompok dengan tujuan siswa dapat memperoleh penyesuaian dalam kelompok untuk dapat berkerjasama dan penuh tanggungjawab.
c.       Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akanmendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Dalam diskusi dapat tertanam pula rasa tanggungjawab dan harga diri.
d.      Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok merupakan tehnik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpatisipasi dengan sebaik-baiknya. Tehnik sosiometri dapat banyak menolong dalam pembentukan kelompok.
e.       Organisasi Murid
Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun dilingkungan masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah individual maupun kelompok dapa diseleseikan. Dalam organisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenal berbagai aspek kehdupan sosial.
f.       Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu tehnik didalam memecahkan masalah-masalah sosialmelalui kegiatan bermain peran.
g.      Psikodrama
Psikodrama adalah tehnik untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindari.
h.      Remedial Teaching
Bentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu.Hal ini tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa.
2.    Individual Guidance Counseling (Bimbingan Konseling Individu)
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritannya.Dalam konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati. Dengan sikap ini klien akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan konseling.
Beberapa Masalah yang biasanya terdapat dalam individual guidance counseling diantaranyayaitu :
a.       Masalah-maslah yang sifatnya pribadi.
b.      Dilakukan dengan face to Face relationship.
c.       Metode wawancara antara konselor dab kasus.
d.      Konselor harus bersikap penuh simpati dan empati.


D.    Manfaat Pendekatan Dan Teknik Bimbingan Dan Konseling
Manfaat pendekatan teknik bimbingan dan konseling yaitu :
1.      Membantu konselor dalam menangani konseli, sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Juga Agar konseli memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya. Dan konseli mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2.      Membantu konselor mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Dan memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
3.      Menolongkonseli memahami dirinya, menjernihkan serta merefleksikan  kembali perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang dinyatakan konseli.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya.
Sedangkan tehnik adalah suatu cara (kepandaian, pengetahuan dll) untuk membuat atau melakukan sesuatu. Jadi Tehnik Bimbingan dan Konseling adalah Suatu cara yang harus digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan dan Konseling.
Manfaat pendekatan teknik bimbingan dan konseling yaitu untuk membantu konselor mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Dan memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. Juga Menolong konseli memahami dirinya, menjernihkan serta merefleksikan  kembali perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang dinyatakan konseli.



DAFTAR PUSTAKA

·         Kamus Umum Bahasa Indonesia, Hal. 237
·         Ermis Suryana, Bimbingan dan Konseling,(Palembang :Grafika Telindo Prees,2010)hal.89
·         Rusmaini, Bimbingan dan Konseling, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2002) hal. 39
·         Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 90, 96-98, 111, 112, 133, 142, 147, 169-180.
·         Prof. dr. H. Tohari Musnamar, terbitan pustaka Pelajar, Yogyakarta, cetakan 1 Juli 2004
·         http://addardiri.blogspot.com/2012/05/pendekatan-dan-teknik-pelaksanaan.html diunduh tanggal 02/12/2013- Hari: Senin

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar